Ditulis oleh : Iqrok Wahyu Perdana
“The Best Sustainable Business Inspirator 2024” versi Indonesia Award Magazine
Sebagai seorang sustainability leader atau pemimpin keberlanjutan, kamu pasti pernah merasakan lelah, dan itu adalah hal yang wajar. Tetapi, menyerah bukanlah pilihan. Rasa lelah mengingatkan kita bahwa sehebat apapun kita dalam memimpin bisnis berkelanjutan, kita tetap manusia biasa.
Namun, yang tidak wajar adalah membiarkan rasa lelah itu tampak di hadapan tim kamu. Ini bisa menurunkan motivasi dan menyebabkan organisasi menjadi loyo, kehilangan semangat dan energi. Pada akhirnya, keberlanjutan dari bisnis berkelanjutan (sustainability business) yang telah kita bangun pun bisa terancam.
Lalu, apa sebenarnya yang membuat seorang sustainability leader merasa lelah?
1. Tidak Memiliki Tujuan yang Jelas
Sebagai seorang sustainability leader, tidak memiliki tujuan yang jelas ibarat berkendara tanpa arah. Kamu mungkin terus bergerak, menghabiskan energi dan sumber daya, tapi tanpa tujuan yang pasti, semua itu akan habis sebelum kamu mencapai hasil yang diinginkan.
Banyak pemimpin hanya fokus pada kerja, kerja, kerja…
Namun, mereka seringkali lupa untuk bertanya “Apa sebenarnya tujuan akhirnya?”
Ini menyebabkan stres dan frustasi, karena meskipun telah bekerja keras, hasilnya tetap tidak sesuai harapan. Sejatinya, masalah bukan pada kurangnya usaha, melainkan ketidakjelasan tujuan.
Ketika pemimpin kehilangan arah, mereka cenderung mudah menyerah ketika menemui jalan buntu. Di sisi lain, sustainability leaders yang memiliki tujuan akan selalu menemukan 1000 jalan baru untuk mencapai visi mereka, bahkan jika harus mengambil rute berbeda.
Pemimpin yang cerdas tidak hanya bekerja keras, tetapi juga tahu jalan mana yang paling efisien untuk mencapai tujuan bisnis berkelanjutan mereka. Itulah yang membedakan mereka dalam memimpin organisasi menuju kesuksesan.
2. Kehilangan Arah di Tengah Jalan
Banyak sustainability leaders mengawali bisnis dengan strategi dan tujuan yang jelas. Namun, seiring waktu, tugas operasional harian seringkali membuat mereka tenggelam pada masalah teknis dan kehilangan fokus pada misi utama. Alih-alih memprioritaskan misi strategis, mereka terjebak dalam rutinitas yang berulang, membuat kelelahan datang tanpa hasil yang sesuai harapan.
Disinilah pentingnya melakukan retrospeksi. Kamu perlu bertanya, “Apakah pekerjaan harian ini masih sejalan dengan tujuan jangka panjang bisnis berkelanjutan yang sudah kita tetapkan?”. Menggunakan metode project management seperti Kanban, SCRUM, atau pertemuan rutin (mingguan, bulanan, dan atau tahunan) sangat penting untuk memastikan kamu berada di jalur yang benar.
Pemimpin yang tidak konsisten terhadap tujuannya mudah tergoda untuk mengubah arah saat menghadapi tantangan. Sebaliknya, sustainability leaders yang sejati tetap teguh dan keras kepala pada tujuan mereka. Mereka fleksibel dalam menyesuaikan strategi untuk menghadapi kesenjangan antara harapan dan kenyataan di lapangan. Mereka berkomitmen untuk mencapai tujuan, bagaimanapun caranya.
3. Kurangnya Dukungan – Pemimpin Juga Butuh Sandaran
Sebagai seorang sustainability leader, mungkin kamu sering merasa lelah karena merasa berjuang sendirian. Beban tanggung jawab dalam mengelola bisnis berkelanjutan bisa terasa berat. Tanpa dukungan, menghadapi semua tantangan seorang diri bisa sangat melelahkan.
Inilah pentingnya membangun jejaring dengan komunitas yang lebih luas. Dengan berinteraksi dengan sesama pemimpin dan profesional di organisasi yang sejalan, kamu bisa mendapatkan dukungan dan wawasan baru. Ternyata, banyak pemimpin lainnya juga menghadapi tantangan yang serupa, dan kamu tidak sendirian.
Selain itu, kamu juga perlu mentor dan coach. Seorang mentor berpengalaman dapat membantu dengan menyumbangkan kecerdasannya dan memberikan pandangan strategis (helicopter view) ketika kamu menemui kebuntuan. Sementara itu, seorang coach akan membantu kamu mengaktifkan kecerdasan internal melalui dialog, membantu kamu untuk menemukan solusi dari dalam diri.
Dalam industri yang masih jarang pelakunya, benar-benar clueless, seperti bisnis sustainability business atau green business, seorang coach lebih dibutuhkan daripada mentor. Kehadiran coach membantu kamu berpikir kritis untuk menghadapi situasi baru dan belum pernah dihadapi sebelumnya.
Namun, bagiku, tempat bersandar terbaik adalah sajadah, spiritualitas. Ketika semua orang tampak tidak peduli, kita selalu memiliki Tuhan yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui setiap perjuangan kita.
Kepemimpinan sejati bukan hanya tentang menjadi kuat sepanjang waktu, tetapi tentang mengetahui kapan harus beristirahat agar dapat kembali lebih kuat.
Bagaimana denganmu? Di mana kamu bersandar saat merasa lelah?
Jadilah sustainability leader yang tetap tegar di tengah rasa lelah.